Filosofi Software & Budaya Sebuah Bangsa

Dalam Sebuah Perkuliahan Tentang Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi, Bapak Yudi Prayudi, M.Kom menceritakan tentang Perkembangan Software di Indonesia. Pak Yudi merujuk penelitiannya Bapak Prof. Dr. Indrajit,  (nama lengkapnya saya tidak mencatat), menurut pak Yudi di Indonesia ini Ada sekitar 700 Program studi dibidang komputer dan ada sekitar 800.000 mahasiswa bidang komputer. Sungguh jumlah Sumber Daya Manusia bidang T.I yang sangat banyak jika dibandingkan dengan negara negara lain. Namun ironisnya mengapa SDM-T.I di Indonesia ini masih kurang?

Pertanyaan lain yang perlu direnungi adalah mengapa perkembangan software di Indonesia tidak semaju software di negara lain?

Apakah orang-orang Indonesia tak se jenius orang dinegera lain? saya kira tidak, bahkan kalau meneurut cerita yang saya dapatkan (Haitan Rahman, dalam workshop knowladge management) bahwa ota-otak orang indonesia sungguh luar biasa, cerdas-cerdas dan briliant. lalu apa jawabnya, ya pertanyaan yang sulit untuk di Jawab.

Kalau direnungi ternyata perkembangan software ini ada kaitannya dengan budaya bangsa itu sendiri. kita lihat Misalnya Software-Software di Amirika Serikat, Eropa, Jepang dan India. Di Amirika Serikat, software dijadikan dan dipandang  sebagai bisnis.  Banyak perusahaan software yang berasal dan berada di Amerika, misalnya Microsoft, Oracle, Google, facebook dan masih banyak lagi. orang-orang disana berpikir bagaimana software yang dibuat mampu menghasilkan keuntungan dan mampu bersaing sehingga terpacu untuk berinovasi untuk memperoleh keuntungan. Ternyata Bisnis menjadi Spirit dan semangat dalam mengembangkan software di Amerika Serikat sehingga industri software disana sangat maju.

Di Eropa, Perkembangan software banyak dipengaruhi dari budaya Science, budaya meneliti. orang-orang eropa lebih suka mengotak-atik software, itulah kenapa banyak ilmuan komputer dan software yang lahir dari eropa dan banyak teori – konseptual yang berasal dari Eropa. itu tidak lepas karena budaya mereka untuk meneliti dan menjadikan software sebagai science.

Di Jepang, menjadikan software sebagai produk. orang orang Jepang lebih suka meng-create sesuatu, sehingga banyak menciptakan  software, tak heran jika perkembangan software disana cukup maju.

Begitu juga di India, disana menjadikan software sebagai Service, Layanan. sumber daya manusia di India lebih suka berorientasi pada Layanan, software yang berkembang disana rata-rata berbasis layanan, misalnya software informces.

Lain Halnya di Indonesia, Di Negeri ini saya rasa cukup unik dalam memandang sofware. Di Negeri ini memandang sofware sebagai Project. sehingga pola pikirnya “ada proyek ada software, tidak ada proyek tidak ada software”. Di negeri ini tidak ada semacam life science sofware, sofware di indonesia sangat temporal, software dibuat berdasarkan pesanan adanya project, ketika project berakhir, berakhir pula usia software, tidak ada pengembangan lebih lanjut dari software yang telah dibuat, berganti tahun berganti project dan berganti pula softwarenya. banyak software-software yang mangkrak, tidak ada versioning, updateng dan sebagainya. Namun kelebihan bangsa Indonesia adalah Agile software, yaitu mampu mengembangkan software dengan cepat dan waktu yang singkat, dinegara lain jarang ada yang mampu mengembangkan software secara cepat, di negara lain software dibangun dengan proses yang cukup lama, melalui ketelitian, penelitian dan kehati-hatian serta melalui tahapan-tahapan yang panjang. Inilah Indonesia… ^_^

7 thoughts on “Filosofi Software & Budaya Sebuah Bangsa”

  1. Ya nampaknya di sini pengembangan software masih lebih banyak ke arah proyek. Ketika proyek sudah diserahterimakan, dan kontrak berakhir ya sudah berakhir pula 🙂

    tulisan yang menarik kang Ali 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.